ARTIKEL : INOVASI BARU DALAM LAYANAN BIMBINGAN KONSELING
INOVASI BARU DALAM LAYANAN BIMBINGAN
KONSELING
Drs. Yachya
Hasyim, MP.d
SMK Negeri 2
Malang
yachyahasyim@yahoo.co.id
A.
Latar Belakang
Saat ini, kecanggihan
teknologi informasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang
cepat tanpa terhambat oleh batas ruang dan waktu. Kemajuan suatu bangsa dalam
era informasi sangat tergantung pada kemampuan masyarakatnya dalam memanfaatkan
pengetahuan untuk meningkatkan produktifitas. Karakteristik masyarakat seperti
ini dikenal dengan istilah masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based
society). Siapa yang menguasai pengetahuan maka ia akan mampu bersaing dalam
era global. Oleh karena itu, setiap negara berlomba untuk mengintegrasikan
media seperti teknologi informasi dengan tujuan dapat bersaing dalam era
global.
Selanjutnya dengan
perkembangan tersebut maka menimbulkan masalah dan tantangan baru serta lebih
berat bagi siswa / konseli.
Robert B Tucker (2001) mengidentifikasi adanya sepuluh tantangan di abad 21
yaitu: (1) kecepatan (speed), (2)
kenyamanan (convinience), (3)
gelombang generasi (age wave), (4)
pilihan (choice), (5) ragam gaya
hidup (life style), (6) kompetisi
harga (discounting), (7) pertambahan
nilai (value added), (8) pelayananan
pelanggan (costumer service), (9)
teknologi sebagai andalan (techno age),
(10) jaminan mutu (quality control).
Menurut Robert B Tucker kesepuluh tantangan itu menuntut
inovasi dikembangkannya paradigma baru dalam pendidikan seperti: accelerated learning, learning revolution,
megabrain, quantum learning, value
clarification, learning than teaching,
transformation of knowledge, quantum quotation (IQ, EQ, SQ, dll.), process approach, Forfolio evaluation, school/community
based management, school based
quality improvement, life skills,
dan competency based curriculum.
Bimbingan
dan Konseling sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu (siswa),
dapat dilaksanakan melalui berbagai macam layanan. Saat ini layanan tersebut
semakin berkembang, tidak hanya dapat dilakukan dengan tatap muka secara
langsung, tapi juga bisa dengan memanfaatkan media atau teknologi informasi
yang ada. Tujuannya adalah menjadikan proses bimbingan dan konsling lebih
menarik, interaktif, dan inovatif tidak terhambat oleh ruang dan waktu, tetapi
tetap memperhatikan azas-azas dan kode etik dalam bimbingan dan konseling.
Selanjutnya inilah beberapa inovasi dalam memberikan layanan Bimbingan
Konseling pada siswa SMK.
B. Pengertian inovasi layanan pada
Bimbingan dan Konseling
Inovasi
adalah suatu ide, hal-hal yang praktis,metode,cara,barang-barang buatan manusia
yang diamati sebagai suatu hal yang benar-benar baru bagi seseorang atau
kelompok (masyarakat) yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
memecahkan suatu permasalahan.
Inovasi dalam bidang BK adalah suatu ide,metode, cara atau barang yang dibuat oleh
guru bimbingan dan konseling yang diamati sebagai suatu hal yang benar-benar
baru yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan
masalah dalam bidang bimbingan dan konseling.
Tentang
hal ini, Fullan & Stiegelbauer (1991) mengemukakan bahwa setiap inovasi
seharusnya terdiri dari tiga elemen intrinsik, sebagai berikut:
a.
Bentuk
(form), bentuk fisik yang dapat diamati secara langsung dan substansi
yang terkandung dari sebuah inovasi. Misalnya, bentuk dari pendekatan bimbingan
dan konseling komprehensif dapat dipahami sebagai layanan bimbingan dan
konseling yang terintegrasi dengan proses pendidikan di sekolah dengan komponen
program yang dirancang secara utuh dan saling berkaitan—layanan dasar
bimbingan, layanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem.
b.
Fungsi
(function), kontribusi atau manfaat yang dihasilkan dari inovasi
terhadap kehidupan anggota dalam sistem sosial. Misalnya fungsi yang diperoleh
dari pendekatan bimbingan dan konseling komprehensif ini adalah memfasilitasi
pencapaian tugas-tugas perkembangan konseli yang memandirikan.
c.
Makna
(meaning), intensitas manfaat yang diberikan inovasi terhadap pengguna
inovasi sehingga dapat dipersepsi sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan
individu dalam sistem sosial. Misalnya, bahwa melalui pendekatan bimbingan dan
konseling komprehensif dapat mendorong aksesibilitas semua peserta didik dan
pihak-pihak terkait kepala sekolah, guru, staf administrasi sekolah, orang tua
siswa, dan profesi lainnya untuk terlibat dalam proses bimbingan dan konseling.
B. Inovasi inovasi layanan Bimbingan
& Konseling
1. Layanan Informasi
Bimbingan Konseling berbasis IT
Bimbingan dan Konseling adalah bagian dari sekolah yang
membantu siswa mengatasi segala permasalahan yang dihadapi dalam proses studi
untuk mencapai perkembangan yang optimal. Segala upaya dapat dilakukan untuk
menjalin hubungan emosi antara guru pembimbing dengan siswa. Upaya ini
dilakukan dengan merealisasikan program layanan yang sudah terkonsep sebagai
empat komponen layanan pada bimbingan dan konseling. Salah satunya dari empat
komponen layanan tersebut adalah Layanan Perencanaan Individual.
Tujuan layanan perencanaan individual ini adalah agar siswa/konseli bisa membuat,
memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi
oleh dirinya sendiri melalui media online / blog BK sekolah.
Melalui layanan perencanaan individual, diharapkan siswa
dapat :
a. Mempersiapkan diri untuk mengikuti
pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan
sosial-pribadi, yang didasarkan atas
pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakatnya.
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan
dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya.
c. Mengukur tingkat pencapaian tujuan
dirinya.
d.
Mengambil
keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.
Sebagian
besar tujuan dari layanan tersebut diatas cenderung bersifat informatif,
sehingga perlu dibangun sebuah Layanan Informasi berbasis web yang dinamis
dengan content yang menarik dan mudah di atur, yaitu dengan menggunakan Content
Management System yang mudah dioperasikan. Bahkan dapat digunakan oleh
pengguna yang tidak mengerti tentang bahasa pemrograman .
Sistem
ini diciptakan untuk membangun layanan informasi sekolah. Sistem ini memiliki
ukuran yang kecil dan mudah untuk di konfigurasikan secara manual pada local
server atau server- server gratis yang ada di internet sehingga akan lebih
ekonomis.Sehingga sangat membantu konselor sekolah, tanpa memerlukan bantuan
tenaga ahli.
2. Konseling Online / Cyber
Counseling
Cyber Counseling atau konseling lewat dunia maya adalah Konseling
online dengan Email atau lewat inbox Facebook .Perkembangan
alat komunikasi elektronik yang sangat pesat, makin canggih, dan mudah dalam
pengoperasiannya menuntut konselor untuk lebih aktif dan proaktif mengikutinya
agar tidak tertinggal dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling sesuai
dengan era ini. Salah satu tindakan pengembangan atau inovasi yang dapat
dilakukan oleh konselor adalah dengan memberikan layanan konseling melalui e-mail. Konseling dengan cara ini sangat
efektif terutama bagi konselor di sekolah yang tidak memiliki pertemuan tatap muka untuk layanan BK secara
rutin terjadwal pada setiap minggu.
Konseling melalui e-mail tidak sulit/rumit dilakukan,
karena hampir semua konselor sudah mahir dalam memanfaatkan teknologi informasi
dan hampir semua sekolah sudah memiliki website,
fasilitas laboratorium komputer, dan lain-lain terkait dengan teknologi
informasi. Konselor tinggal mengkomunikasikan program BK yang direncanakan
sehubungan dengan kegiatan layanan konseling melalui e-mail kepada pihak terkait di sekolah agar dapat terlaksana dengan
lancar. Hal ini penting, karena juga merupakan salah satu kewajiban sekolah
dalam memfasilitasi program dimaksud (dukungan sistem).
Yang terutama harus diperhatikan dalam
pelaksanaan layanan konseling melalui e-mail
bagi konselor dan konseli adalah:
a.
memiliki alamat e-mail;
b.
ada fasilitas komputer/laptop/netbook;
c.
terhubung dengan internet (modem, wifi, hot spot, smartphone, android, warnet).
3.
Bursa Kerja Khusus Berbasis
online /lewat Facebook atau Blog
Perkembangan telekomunikasi dan informatika saat
ini sangat cepat,
berbagai infomasi dapat diperoleh
dengan mudah. Penggunaan komputer
secara online sebagai sarana untuk
memperoleh informasi tersebut sudah tidak
asing lagi saat
ini. Pengiriman dan
pengambilan informasi dapat
dilakukan dengan cepat melalui sistem
komputer yang terhubung satu dengan
yang lain dalam
satu jaringan. Perkembangan jaringan
dari yang semula sekedar server
penyedia data statis
menjadi server yang dapat
memberikan informasi yang bersifat waktu nyata (real time).
Penyampaian informasi
lowongan kerja sangatlah
penting untuk dapat
diketahui oleh berbagai
pihak terutama oleh para pencari kerja.
Melihat kondisi yang ada saat ini Penulis mencoba merancang suatu Aplikasi Bursakerja secara
online untuk memenuhi kebutuhan akan
penyampaian informasi lowongan kerja melalui media internet / facebook
(online).
Selama ini
dalam proses Bursa Kerja
(lowongan kerja) yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk
mencari karyawan kebanyakan melalui
media massa yang seringkali
terbatas dalam hal
waktu penyampaian berita.
Bursa Kerja secara
online mengacu pada tingkat
kebutuhan akan lowongan pekerjaan
yang dapat secara cepat
diterima maupun dikirim
oleh pihak perusahaan maupun
pihak pencari kerja. Banyak sekali
mereka yang telah
lulus bersaing untuk memperoleh suatu pekerjaan yang
sesuai dengan bidangnya dan
diharapkan lewat aplikasi
yang dibuat ini, para pencari kerja dapat dengan mudah dan cepat
untuk mengakses lowongan pekerjaan yang diinginkan.
Seiring
perkembangan waktu, maka di pilihlah salah satu media social ( Facebook )untuk
dapat menjaring ataupun juga menyampaikan berbagai macam informasi berkenaan
dengan bursa kerja khusus yang merupakan salah satu dari sekian banyak tugas
konselor atau guru bk di SMK untuk memberukan layanan penempatan dan penyaluran
alumni untuk dapat melanjutkan kejenjang selnjutnya, atau pun juga dapat di
gunakan untuk menyampaikan pada siswa atau alumni yang ingin bekerja.
4. Sinema Konseling
Sinema konseling adalah suatu konseling
kreatif, di mana seorang konselor menggunakan film atau video sebagai alat
konseling. Menurut Solomon (2011) sinema konseling adalah suatu metode dengan
mengunakan film dalam sebuah konseling yang memiliki positif efek pada orang
kecuali pada seseorang dengan gangguan psikotik. Lebih luas lagi diungkapkan
oleh Solomon dalam Anindito (2008) bahwa masalah yang bisa dikonseling adalah motivasi,
hubungan, depresi.
Dalam sinema konseling, subyek
terdiri dari 5-8 konseli dan berlangsung kurang lebih 90 menit dan didokumentasikan
dengan menggunakan variabel yang terukur (Demir, 2007). Sinema konseling
merupakan perkembangan dari bibliokonseling. Bibliokonseling merupakan suatu konseling
yang mana menggunakan sumber bacaan untuk membantu kliennya, (Demir, 2007).
Menurut Ulus dalam Demir (2007), sinema konseling lebih menarik daripada
bibliokonseling, selain itu sinema konseling lebih mudah daripada
bibliokonseling karena menonton film lebih mudah daripada membaca buku.
Menonton film membutuhkan waktu lebih singkat dibandingkan membaca buku.
Dinilai dari hasil, proses konseling
menggunakan film lebih cepat dibandingkan menggunakan bahan bacaan. Sejalan
dengan yang diungkapkan Mc Conahey (2003), remaja akan lebih tertarik dan mudah
ketika mereka melihat film pada daripada membaca. Woltz (2004) mengungkapkan bahwa sinema konseling juga
merupakan konseling yang spesifik dimana konselor bukan hanya menayangkan film,
namun juga memilih kesesuaian film dengan tujuan dalam konseling. Sedangkan
menurut Berg-Cross, Jenning, & Baruch dalam Derme (2000) sinema konseling
adalah sebuah konseling spesifik untuk melihat konseli secara individual atau
kelompok, yang mana menggunakan film sebagai sarana mencapai keuntungan
konseling
Dari beberapa definisi mengenai sinema
konseling menurut beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa sinema konseling
adalah sebuah metode dalam konseling yang menggunakan film atau video bisa
dilakukan secara individual maupun kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan
menghasilkan efek positif kecuali pada seseorang dengan gangguan psikotik.
Prosedural dalam pelaksanaan sinema
konseling tidak hanya penayangan film, namun terdapat serangkaian kegiatan
yaitu : a) penayangan film, b) refleksi isi film, c) refleksi diri, d)
pengembangan komitmen, e) uji komitmen, dan f) refleksi pengalaman. Film atau
video yang digunakan dalam sinema konseling memiliki durasi paling lama 60
menit, melalui proses editing dimana
akan dilakukan pemilihan bagian mana yang layak ditonton konseli dan bagian
mana yang tidak layak. Alur cerita film atau video hendaknya yang disukai oleh
konseli dan memilih tokoh yang mana menarik dan sesuai dengan usia perkembangan
konseli. Hal ini diharapkan akan lebih mempermudah penyerapan oleh konseli
terhadap pesan yang hendak disampaikan melalui film. Serangkaian kegiatan yang
telah disampaiakan diatas sangat berpengaruh terhadap kesuksesan dari
konseling. Prosedural yang sistematis akan mendukung kesuksesan pelaksanaan
sinema konseling.
Manfaat Sinema Konseling
Sinema konseling memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:
a. Tertawa bekerja sebagai obat.
Penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa tawa dapat meningkatan aktivitas
sistem kekebalan. Tertawa juga dapat mengurangi hormon stres, yang menyempitkan
pembuluh darah dan menekan aktivitas hormon (epinefrin dan dopamin). Dalam
keadaan bermasalah, film lucu dapat menjadi alat yang ampuh untuk mendapatkan
sedikit ketenangan.
b. Menangis sebagai katarsis emosional,
sebuah film yang membuat seseorang menangis dapat merangsang pelepasan
emosional yang terpendam, selanjutnya akan menimbulkan perasaan lega dan dapat
mengangkat semangat untuk membuka sebuah perspektif baru.
c. Mendapatkan harapan dan semangat,
tidak ada film yang dengan sendirinya dapat membalikkan pandangan dunia yang
negatif. Tapi jika seseorang berada pada perasaan tidak berdaya dan putus asa,
film yang di mulai dengan cerita mengenai keputus asaan dan berakhir pada
kemenangan dapat memberikan harapan. Film akan membawa seseorang seolah-olah
berada didalamnya, merasakan seperti pada cerita sehingga dapat memunculkan sikap
optimis dan keberanian dalam mengubah situasi pada diri.
d. Mempertanyakan keyakinan negatif
tentang diri dan menemukan kembali kekuatan diri. Seseorang mungkin memegang
keyakinan negatif tentang dirinya, dan tidak menyadari kekuatan pada diri dan
cara mendapatkannya. Dengan merefleksikan cerita dan karakter yang terdapat
dalam film seseorang dapat menemukan kekuatan yang sebenarnya ada dalam diri,
integrasi kehidupan tidak nyata ke dalam kehidupan nyata dapat terjadi ketika
seseorang bercermin pada film.
e. Memperbaiki komunikasi, film dapat
digunakan sebagai sarana dalam memperbaiki
komunikasi yang kurang baik antara teman atau pasangan. Dengan menonton
film bersama-sama dan menjelaskan kepada pasangan atau teman mengenai alasan
memilih film tertentu, dapat memungkinkan masuk ke percakapan yang lebih
produktif. Film berfungsi sebagai metafora yang mungkin lebih akurat untuk
mewakili perasaan dan ide-ide dari pada kata-kata dari seseorang yang kesulitan
dalam perangkaiannya.
5. Peer Counselor / Konselor Sebaya
Judy A.
Tindall & H. Dean Gray (1985) mengemukakan: “peer counseling is defined as
variety of interpersonal helping behaviours assumed by nonprofessionals who
undertake a helping role with others”(konseling teman sebaya dapat diartikan
sebagai jenis bantuan interpersonal yang dilakukan oleh nonprofesional untuk
membantu teman yang lainnya ). Lebih lanjut dijelaskan bahwa: “peer counseling
includes one-to-one helping relationships, group leadership, discussion
leadership, advisement, tutoring, and all activities of an interpersonal human
helping or assisting nature”(konseling teman sebaya meliputi hubungan bantuan
individu ke individu, kepemimpinan kelompok, kepemimpinan dalam diskusi,
pemberian nasehat, tutorial, dan semua aktifitas hubungan interpersonal manusia
yang saling membantu ).
Dengan
sederhana dapat didefinisikan bahwa konseling sebaya adalah layanan bantuan
konseling yang diberikan oleh teman sebayanya (biasanya seusia/tingkatan
pendidikannya hampir sama) yang telah terlebih dahulu diberikan pelatihan-pelatihan
untuk menjadi konselor sebaya sehingga diharapkan dapat memberikan bantuan baik
secara individual maupun kelompok kepada teman-temannya yang bermasalah ataupun
mengalami berbagai hambatan dalam perkembangan kepribadiannya. Mereka yang menjadi
konselor sebaya bukanlah seorang yang profesional di bidang konseling tapi
mereka diharapkan dapat menjadi perpanjangan tangan konselor profesional.
Erhamwilda,(2009).
Dengan
adanya layanan peer counseling berarti sekolah menyiapkan siswa-siswa tertentu
untuk menjadi konselor nonprofesional dalam membantu menyelesaikan masalah
teman-temannya. Para siswa calon peer counselor akan mendapatkan serangkaian
pelatihan yang memadai untuk jadi konselor sebaya, sehingga diharapkan
meningkatkan kemampuan siswa (yang dilatih sebagai peer-conselor dan konseli
yang dibimbingnya) dalam menghadapi masalah.
6. Layanan Bimbingan Konseling untuk
Inklusif/ siswa berkebutuhan khusus
Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus saat ini
mengalami perubahan paradigma, dari eksklusif menjadi inklusif. Perubahan ini
memberikan warna baru terhadap kebijakan, dimana layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus, tidak mesti dilaksanakan di SLB, akan tetapi dapat
dilaksanakan di sekolah inklusi. Pendidikan inklusif adalah sistem layanan
pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di
sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya
(Sapon-Shevin dalam O’Neil, 1994).
Nyatanya upaya pengembangan potensi anak berkebutuhan khusus
melalui layanan pendidikan di sekolah inklusi tidak cukup melalui instructional
approach. Hal tersebut proses perkembangan anak berkebutuhan khusus untuk
menjadi (on becomening), relatif dihadapkan pada hambatan (barrier of
development), baik yang bersumber dari dalam diri individu anak
berkebutuhan khusus, maupun bersumber dari lingkungan perkembangannya.
Kenyataan inilah yang memberikan landasan empirik akan pentingnya Layanan
Bimbingan dan Konseling bagi anak berkebutuhan khusus.
Pendekatan komprehensif pelayanan bimbingan dan konseling
pada siswa inklusif memberikan kerangka acuan pelayanan bimbingan dan konseling
harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Layanan bimbingan dan konseling
didesain secara utuh dengan memandang konseli sebagai sosok individu yang
berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikolgis, sosial, dan
spiritual). Konsep ini sejalan dengan visi Departemen Pendidikan Nasional dalam
memandang sosok peserta didik yang hendak dicapai melalui ikhtiar pendidikan,
yaitu “menjadikan insan indonesia yang cerdas dan kompetitif” atau dengan kata
lain “menjadi insan kamil atau paripurna” (Depdiknas, 2005).
b. Ditinjau dari manajemen implementasi
layanan, bahwa pendekatan bimbingan dan konseling komprehensif, bercirikan
integratif dengan program sekolah, berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait,
memperluas peran konselor, ke dalam konsep “3K” yakni: konselor, konsultan, dan
koordinator. Hal ini mengandung makna bahwa keberadaan program bimbingan dan
konseling dan sosok konselor sekolah, tidak tampil sebagai sosok yang
“eksklusif”, akan tetapi hadir sebagai komponen yang terintegratif dengan
komponen persekolahan lainnya. Namun demikian inklusivisme layanan bimbingan
dan konseling dan kinerja konselor, tetap memiliki ekspektasi dan konteks tugas
yang unik dan profesional.
c. Orientasi layanan bahwa pendekatan
bimbingan dan konseling komprehensif mengakses semua peserta didik. Hal ini
merubah paradigma bimbingan dan konseling tradisional, dimana layanan bimbingan
dan konseling diidentikan menanganai peserta didik yang bermasalah saja.
Memperhatikan
esensi yang terkandung dalam pendekatan bimbingan dan konseling komprehensif
sebagaimana dijelaskan di atas, maka dalam perspektif inovasi pendidikan,
pendekatan komprehensif ini dapat dimakna sebagai sebuah inovasi dalam dunia
bimbingan dan konseling.
C. Penutup
Di era
digital ini konselor harus senantiasa menciptakan inovasi-inovasi baru dalam
pelayanan bimbingan konseling, tentunya ditunjang oleh kompetensi yang memadai
mengenai teknologi informasi. Teknologi informasi mampu menunjang pelayanan
bimbingan konseling agar lebih efektif. Maka dari itu, konselor harus selalu
meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan teknologi yang berkembang saat ini.
Konselor akan selalu menjadi idola klien apabila selalu up to date.
Karena pada dasarnya bimbingan adalah long life learning atau belajar
sepanjang hayat.
Penyediaan
infrastruktur harus ditingkatkan disetiap sekolah. Penyediaan perangkat
teknologi informasi adalah hal yang mutlak dalam konseling melalui teknologi
informasi, sehingga pelayanan bimbingan konseling akan berjalan efektif tanpa
batas ruang dan waktu.
REFERENSI
Corey, Gerlald. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan
Psikoterapi (Terj. E. Koswara), Bandung : Refika
Demir (2005).Practical Counselling and Helping Skills.
London: Sage Publications Ltd.
Dirjen PMPTK, 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan
dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal (Naskah Akdemik). Jakarta
Erhamwilda, (2009). Model Hipotetik Peer
Counseling, Dengan Pendekatan Realitas Untuk Siswa SLTA” , Bandung : Nuansa
Gati, I. (1994, Sep-Oct). Computer-assisted career counseling: Dilemmas, problems,
and possible solutions. Journal of Counseling & Development, 73(1),
51-73.
Gendler, Margaret E..1992. Learning & Instruction;
Theory Into Practice. New York : McMillan Publishing.
Judy
A. Tindall & H. Dean Gray , Shernoff,
Michael.2000. Cyber Counseling for Clien . Haworth Press
Rahman,
A.(2009). Peran Pendidikan Inklusif Bagi
anak berkelainan.Yogyakarta: Printa
Rose, R. dan
Howley, M. (2007). The Practical Guide to
Special Education Needs inn Inclusive Primary Classrooms. London: Paul
Chapman Publishing.
Rogers, Everett.1983. Diffusion
of Innovation. New York: The Free Press A Division of Macmillan Publishing
Co. Inc
Santrock, J.W.
(2004). Education Psychology
. NewYork : McGraw-Hill Company, Inc
Slavin, R.E.
(2006). Education Psychology .
Boston. Allyn and Bacon.
Smith, J. D.
(2009). Inklusif Sekolah ramah untuk
semua. Bandung: Nuansa.
Sudarman,Danin. 2002. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya
Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Pustaka Setia: Bandung
Suherman, Uman. 2009. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung
: Rizqi Press
Menarik sinema konseling. Sebaiknya vidionya hasil karya sendiri sesuai dgn topik masalah atau kita cari hasil douwnload yg topiknya sesuai dgn masalah yg akan kita tangani. Terimakasih.
BalasHapussangat menarik, inspiratif
BalasHapusSangat menarik
BalasHapus